Selamat Datang di Blogg Pintar Saya dan Semoga Bermanfaat

Sabtu, 08 Juli 2017

Laporan Morfologi Tumbuhan Modifikasi Batang



LAPORAN PRAKTIKUM
MODIFIKASI PADA BATANG (CAULIS)



Nama          : Rizki Suhertini
NIM            : 14222153


Dosen Pengampu :
Ike Apriani, M.Si


Asisten :
Abdul Roni




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat penting. Di samping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting untuk perkembangan mahluk hidup. Setiap tumbuhan memiliki akar, batang dan daun. Masing-masing memiliki fungsi utama dalam pertumbuhan sebuah tumbuhan.
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2005).
Batang tumbuh dari batang lembaga yang tumbuh dari dalam biji. Selanjutnya pertumbuhan berasal dari titik tumbuh berupa meristem apikal yang terdapat dalam batang. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Oleh karena itu untuk mempertahankan fungsinya, batang melakukan berbagai adaptasi terhadap lingkungan dimana tumbuhan tersebut tumbuh. Adaptasi setiap tumbuhan berbeda-beda tergantung kebutuhan dari tumbuhan tersebut.
Modifikasi batang merupakan salah satu jalan tubuh tumbuhan dalam melakukan adaptasi, artinya adaptasi dapat dilakukan tumbuhan dengan melakukan modifikasi bagian tubuh tumbuhan, termasuk batang (Rosanti, 2013).
Batang yang bentuknya berubah disebut batang yang telah mengalami modifikasi. Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas khusus sesuai dengan kebutuhan dari batang itu sendiri misalnya untuk menyimpan cadangan makanan atau untuk dapat bertahan hidup sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga perlu diadakannya praktikum Morfologi Tumbuhan mengenai Modifikasi pada Batang yang dilatar belakangi banyaknya modifikasi pada batang yang perlu diketahui oleh para praktikan.

B.       Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Morfologi Tumbuhan yang berjudul Modifikasi Pada Batang adalah sebagai berikut :
1.      Memahami beberapa struktur tumbuhan yang merupakan hasil modifikasi dari batang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Morfologi Luar Batang dan Sifat Batang
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi oleh daun muda dan menjadi terminal. Di bagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjauhan, nodus tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas, yakni bagian batang di antara dua buku yang berturutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letak daunnya merapat membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh dibawah tanah (rizoma, umbi lapis atau umbi batang), di dalam air atau di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat atau merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang, ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh menjadi cabang, serta taraf percabangan bila ada (Hidayat, 1995).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), batang bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan.
Menurut Tjitrosoepomo (2005), umumnya batang mempunyai sifat-sifat seperti berikut :
1.      Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
2.      Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3.      Tumbuhnya biasanya keatas, menuju cahaya atau matahari.
4.      Selalu bertambah panjang diujungnya oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5.      Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6.      Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek misalnya rumput dan waktu batang masing muda.
Sedangkan menurut Tjitrosopomo (1983), batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga daun. Pada tumbuhan Angiospermae dan Gymnospermae titik vegetasi terdiri dari sekelompok meristem sel baru.
Sebagian dari bagian tumbuh-tumbuhan batang mempunyai tugas untuk (Tjitrosoepomo, 2005) :
1.        Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah yaitu daun, bunga, dan buah.
2.        Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, sehingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang posisi yang paling menguntungkan.
3.        Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi ke atas ke bawah.
4.        Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.
Menurut Tjitrosoepomo (2005), jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di antaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu dibedakan menjadi :
1.    Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis). Tumbuh-tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek, sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu rosert,  misalnya lobak (Raphanus sativus L.), sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang, bercabang-cabang, dan mendukung bunga-bunganya.
2.    Tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut :
a.       Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L), krokot (Portulaca oleracea L).
b.      Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon dan semak-semak pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah, sedang semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh mangga (Mangifera indica L), sidaguri (Sida rhombifolia L).
c.       Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga misalnya pada padi (Oryza sativa L) dan rumput (Gramineae) pada umumnya.
d.      Batang mendong (calamus), seperti batang rumput tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis globulosa Kunth.), wlingi (Scirpus grassu L.) dan tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae).

B.       Bentuk Batang
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun demikian, beberapa tumbuhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan (Rosanti, 2013).
Pada  tumbuh-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil biasanya mempunyai batang yang dasarnya dianggap tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong kelas dikotil bentuk batang pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai suatu kerucut sesuai dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya (Rosanti, 2013).
Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk batang tumbuhan dibedakan yaitu bulat, bersegi, dan pipih. Batang bulat jika penampang melintangnya menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditemukan pada kebanyakan tumbuhan seperti pada batang bambu. Pada batang bersegi, penampang melintang batang menunjukkan bangun segitiga dan segi empat (Rosanti, 2013).
Menurut Tjiteosoepomo (2005), berdasarkan bentuk penampang melintang dapat dibedakan beberapa macam yaitu :
1.    Bulat (teres) misalnyanya bambu (Bambusa sp), kelapa (Cocos nucifera L.).
2.    Bersegi (angularis) yang terdiri dari bangun segi tiga (triangularis) misalnya batang teki (Cyperus rotundus) dan segi empat (quadrangularis) misalnya batang markisah (Passiflora quadrangularis).
3.    Pipih dan biasanya lalu melebar mempunyai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan filokladida dan kladodia. Filokladida jika amat pipih dan memounyai pertumbuhan yang terbatas contohnya pada jakang (Muehlrnbeckia platyclada Meissn). Dan kladodia jika msih tumbuh terus dan mengadakan percabangan misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill).

C.      Permukaan Batang
Menurut Rosanti (2013), permukaan batang tumbuhan memperlihatkan sifat yang bemacam-macam diantaranya adalah :
1.    Licin (leavis) misalnya pada batang jagnug (Zea mays)
2.    Berusuk (costatus) jika pada permukaan terdapat rigi-rigi yang membujur misalnya iler (Coleus scutellariodes).
3.    Beralur (sulcatus) jika pada arah membujur batang terhadap alur-alur yang jelas misalnya pada Cereus peruianus.
4.    Bersayap (alatus) bisanya pada batang yang bersegi tetapi pada sudut-sudut terdapat pelebaran yang tipis misalnya pada gadung (Dioscorea alata) dan masrkisa (Passiflora quadrangularis).
5.    Berambut (pilosus) seperti isalnya tembakau (Nicotania tabacum).
6.    Berduri (spinosus) misalnya pada mawar (Rosa sp) .
7.    Memperlihatkan bekas-bekas daun misalnya pepaya (Carica papaya) dan kelapa (Cocos nucifera).
8.    Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu misalnya nagka (Arthocarpus integra Merr).
9.    Memperlihatkan lentisel misalnya pada sengon (Albizia stipulata).
10.    Keadaan-keadaan lain misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati) seperti pada jambu biji (Psidium guajava) dan pohon kayu putih (Melaleucea leucadendron).

D.      Arah Tumbuh Batang
Menurut Rosanti (2013), walaupun batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, menjauhi tanah dan air, tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa variasi, sehingga arah tumbuh batang dibedakan menjadi:
1.    Tegak lurus (erectus) yaitu jika arahnya lurus ke atas. Batang tegak lurus biasanya tidak bercabang, misalnya pepaya (Carica papaya L.), kelapa (Cocos nosifera) dan beberapa jenis cemara.
2.    Menggantung (dependens, pendulus), batang seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu.
3.    Berbaring (humifusus), batang ini terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas misalnya pada semangka (Citrillus vulgaris). Kadang-kadang batang berbaring diberikan penunjang dari kayu, kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke atas.
4.    Menjalar atau merayap (repens), batang menjalar hampir sama dengan batang berbaring, yang membedakan terletak dari buku-bukunya yang mengeluarkan akar, sehingga dapat tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat ditemukan pada kangkung (Ipomoea crassicaulis), ubi jalar (Ipomoea batatas) dan sebagainya.
5.    Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas, misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea).
6.    Mengangguk (nutans), batang ini tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah seperti mengangguk. Contoh batang  mengangguk dapat dilihat pada bunga matahari (Helianthus annuus).
7.    Memanjat (scandens) yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya dengan akar pelekat, contohnya pada sirih (Piper bettle) dan arisema (Arisaema sp.).
8.    Membelit (volubilis), berbeda dengan batang memanjat yang menggunakan alat bantu untuk naik ke atas, batang membelit tidak menggunakan alat bantu, tetapi batang tumbuhan itulah yang membelit. Dengan kata lain batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya. Arah melilit terbagi dua, yaitu ke kiri (sinistrorsum volubilis) dan ke kanan (dextrorsum volubilis). Membelit ke kiri, jika dilihat dari atas arah belitan berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dengan kata lain jika kita mengikuti jalanya batang yang membelit itu, penunjang akan selalu di sebelah kiri yang melihat.

E.       Percabangan pada Batang
Menurut Tjitrosoepomo (2005), batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya jagung (Zea mays). Umumnya batang memperlihatkan percabangan entah banyak entah sedikit. Cara percabangan ada bermacam-macam biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan, yaitu:
1.    Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas. Karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya daripada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.).
2.    Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya misalnya pada sawo manila (Achras zapota L.).
3.    Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya, misalnya paku andam (Gleichenia linearis Clarke).
Cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari batang pokok lazimnya disebut dahan (rasmus), sedangkan cabang-cabang yang kecil dinamakan ranting (ramulus) (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat bermacam-macam sifatnya, oleh sebab itu cabang-cabang dapat dibedakan seperti dibawah ini :
1.    Geragih (flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar-akar. Tunas pada buku-buku ini beserta akar-akarnya masing-masing dapat terpisah merupakan suatu tumbuhan baru. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi dalam dua macam :
a.    Merayap di atas tanah, misalanya pada daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) dan arbe (Fragraria vesca L.),
b.    Merayap di dalam tanah, misalnya teki (Cyperus rotundus L.), kentang (Solanum tuberosum L.).
2.    Wiwilan atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali terdapat pada kopi (coffea sp) dan pohon coklat (Theobroma cacao L.).
3.    Sirung panjang (Virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering disebut pula cabang yang mandul (steril).
4.    Sirung pendek (Virgula atau Virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).

Menurut Tjitrosoepomo (2005), cabang-cabang pada suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut yang tertentu dengan batang pokoknya. Bergantung pada besar kecilnya sudut ini, maka arah tumbuh cabang menjadi berlainan. Umumnya arah tumbuh cabang dibedakan menjadi seperti berikut :
1.    Tegak (fastigiatus), yaitu jika sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya, miaslnya wiwilan pada kopi (Coffea sp).
2.    Condong ke atas (patens), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 45o, misalnya pada pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.),
3.    Mendatar (horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kurang lebih 90oC, misalnya pada pohon randu (Ceiba pentandra Gaertn).
4.    Terkulai (decilinatus), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi ujungnya lalu melengkung ke bawah, misalnya kopi robusta (Coffea robusta Lindl),
5.    Bergantung (pendulus), cabang-cabang yang tumbuhnya ke bawah, misalnya cabang-cabang tertentu pada Salix.
 Dalam membicarakan perihal pangkal batang yang menjadi alat untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan pada masa yang buruk, dapat diketahui bahwa batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas. Karena kalau batangnya mati, biasanya tumbuhannya pun mati, maka tumbuhan seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek umurnya (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), panjang pendek umur tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
1.    Tumbuhan annual (annuus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek, umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak dapat mencapai umur setahun. Dalam golongan ini termasuk bermacam-macam tanaman yang di dunia pertanian terkenal sebagai tanaman palawija, misalnya jagung (Zea mays L.), kedele (Soja max Piper), kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Untuk menunjukkan sifat ini, dalam buku-buku pelajaran dicantumkan tanda O di belakang nama tumbuhannya.
2.    Tumbuhan biennial (dua tahun) (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru) memerlukan waktu dua tahun. Sifat ini sering ditunjukkan dengan tanda ʘ atau ʘʘ, misalnya biet (Beta vulgaris L.), digitalis (Digitalis purpurea L.).
3.    Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat mencapai umur sampai ratusan tahun. Untuk golongan pohon-pohon dan semak-semak, sifat ini ditunjukkan dengan tanda planet Saturnus, yaitu tanda 21, sedang untuk tanda terna (herba) yang berumur panjang, sifat ini ditunjukkan dengan tanda planet Jupiter, yaitu tanda X. Terna yang berumur panjang biasanya mempunyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup, walaupun bagiannya yang di atas tanah telah mati, misalnya: empon-empon (Zingiberaceae).

F.       Modifikasi batang
Selain daun dan tunas aksilar, pada batang terdapat pula struktur yang berupa tonjolan yang disebut emergen. Emergen bukan merupakan cabang, daun atau akar adventitis, bukan pula merupakan bentuk modifikasinya, melainkan suatu struktur yang terbentuk dari sel-sel turunan jaringan yang terdapat di bawah epidermis (Kusdianti, 2010).
Jaringan ini disebut sebagai jaringan subepidermis. Emergen biasanya relatif mudah lepas dan meninggalkan bekas. Pada beberapa tumbuhan, emergen sifatnya (kekal) dan pada batang yang telah tua sifatnya berubah menjadi struktur yang relatif padat. Emergen pada batang sering dihubungkan dengan kebutuhan akan organ untuk memanjat atau sebagai alat pertahanan (Kusdianti, 2010).


1.    Sulur
Alat-alat pembelit adalah bagian-bagian tumbuhan yang biasanya menyerupai spiral dan berguna untuk membelit benda-benda yang disentuhnya yaitu untuk berpegangan pada waktu tumbuhan ini berusaha mendapatkan penunjang untuk dapat naik ke atas (Tjitrosoepomo, 1985).
Pada beberapa tumbuhan memanjat, batang biasanya membentuk struktur khusus sebagai alat panjat yang disebut sebagai sulur. Sulur yang dibentuk sebagai hasil dari modifikasi batang atau cabang disebut sebagai sulur batang atau sulur cabang (Kusdianti, 2010).
Sulur batang dapat mengalami pertumbuhan sekunder, sehingga dapat menebal dan membentuk alat pegang yang permanen. Sulur batang dapat bercabang dan memiliki karakteristik umum batang. Sulur cabang dibentuk sebagai hasil modifikasi tunas aksilar atau merupakan suatu cara penghentian pertumbuhan apeks. Bila sulur cabang dibentuk sebagai hasil manifestasi penghentian pertumbuhan apeks, pertumbuhan selanjutnya dari tumbuhan itu akan diteruskan oleh tunas aksilar, sehingga sumbu tubuh akan membentuk struktur simpodial. Sulur cabang yang terbentuk dari hasil perkembangan tunas aksilar muncul dari ketiak daun. Pada sulur seperti ini dapat dibentuk daun dan dapat pula tidak. Umumnya sulur cabang tidak berdaun dan pertumbuhannya terbatas. Pada beberapa tumbuhan, sulur cabang dapat mengalami pertumbuhan sekunder (Kusdianti, 2010).
Menurut Rahmiana dkk (2015), contoh dari tanaman yang memiliki sulur adalah Ubi Jalar (Ipomaoea batatas L.). Semakin panjang sulur yang terbentuk, maka semakin banyak pula daun yang akan dihasilkan, sementara tanaman ubi jalar merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai susunan daun horizontal dan berjumlah banyak.
2.    Rizoma
Pada umumnya batang tumbuhan tumbuh tegak di atas permukaan tanah, tetapi pada sebagian tumbuhan batangnya tumbuh mendatar di bawah permukaan tanah. Batang seperti ini disebut sebagai rhizoma. Rhizoma dapat berdaging atau berkayu dan memiliki ruas dan buku (Kusdianti, 2010).
Tumbuhan yang batangnya berbentuk rhizoma biasanya memiliki pola percabangan simpodial. Bagian ujung distal rhizoma yang masih tumbuh biasanya tumbuh tegak dan keluar dari dalam tanah, membentuk bagian tubuh di atas permukaan tanah. Pertumbuhan ujung distal ini diakhiri dengan suatu perbungaan yang letaknya terminal. Pertumbuhan batang selanjutnya diteruskan oleh tunas aksilar yang terdapat pada ketiak sisik (Kusdianti, 2010).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), bahwasannya alat ini adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat tanda-tanda berikut :
a.       Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian.
b.      Berdaun tetapi daunnya telah menjelma mejadi sisik-sisik.
c.       Mempunyai kuncup-kuncup.
d.      Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air malahan kadang-kadang lalu ke atas, muncul di atas tanah.
3.    Stolon
Stolon adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat mencapai lebih satu meter tumbuh ke samping di atas tanah atau di dalam tanah, kemudian pada ujung stolon ini dibentuk tumbuhan baru. Bilamana tumbuhan baru ini telah cukup berdaun dan berakar sehingga dapat berdiri sendiri, maka stolon ini akan mati rusak. Jadi stolon berfungsi untuk reproduksi secara vegetatif. Stolon yang tumbuh di atas tanah terdapat misalnya  pada tumbuhan arbei atau stroberi (Fragaria sp). Stolon yang menjalar di bawah tanah misalnya terdapat pada alang-alang (Imperata cylindrica) (Tjitrosopomo, 1983).
Stolon memiliki struktur yang berbeda dengan rhizoma, ruas-ruas pada stolon lebih panjang dan berdiameter lebih kecil. Pada setiap buku dari stolon biasanya terdapat akar dan daun. Daun-daun pada stolon jarang sekali termodifikasi menjadi sisik. Stolon berkembang dari kecambah ke arah radial, kemudian memisahkan diri karena buku yang memiliki akar membentuk tunas baru atau karena terputus oleh sebab mekanik. Pola percabangan pada stolon dapat monopodial atau simpodial (Kusdianti, 2010).
4.     Umbi Batang
Umbi batang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu sering kali permukaannya tampak licin, buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya sisa daun seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus), seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum) dan ketela rambat (Ipomoea batatas) (Tjitrosoepomo, 2005).
Bahwasanya umbi batang adalah penjelmaan batang masih terlihat dari terdapatnya kuncup-kuncup (mata) pada umbi ini, yang jika waktunya telah tiba dapat lalu bertunas dan meghasilkan tumbuhan baru (Tjitrosoepomo, 2005).
5.    Umbi Lapis
Ditinjau dari asalnya, umbi lapis adalah penjelmaan batang beserta daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis, karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan cadangan, sedang batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu (Tjitrosoepomo, 2005).
Salah satu bagian dari umbi lapis adalah subang atau cakram yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram dan terdapat pula kuncup-kuncup (Tjitrosoepomo, 1985).
6.    Kormus
Kormus adalah batang yang membengkak ditutupi oleh duan-daun yang menyerupai sisik. Kormus berbeda dengan bulnus (umbi lapis)karen amormus secara nyata adalah batang dengan buku dan ruas yang dapat dibedakan, sedangkan bulbus secara dominan dibentuk oleh daun-daun sisik yan gmenebal. Bagian dalam dari kornus terdiri dari jaringan penyimpan cadangan makanan yang disusun oleh sel-sel parenkim (Kusdianti, 2010).
7.    Duri (spina)
   Duri merupakan metamorfosis salah satu bagian pokok tumbuhan oleh karena itu biasanya sukar ditinggalkan dari batatang dan jika dapat ditinggalkan akan menimbulkan bekas yang berupa luka. Duri yang demikian seringkali dinamakan duri sejati (Tjitrosoepomo, 2005).
                        Menurut Tjitrosoepomo (2005), berdasarkan asalnya duri dapat dibedakan menjadi :
a.       Diri dahan (spina caulogenum) jika merupakan penjelmaan cabang atau dahan misalnya pada bougenvil (Bougainvillea spectabilis Wild).
b.      Duri daun (spina phyllogenum) yaitu jika duri yang merupakan metamorfosis daun, seperti terdapat pada kaktus (Cactus opuntia) bahwasannya duri ini berasal dari daun, dapat terlihat dari adanya kuncup atau tunas yang keluar dari ketiaknya.
c.       Duri akar (spina rhizogenum) yaitu akar-akar yang menjadi keras dan mempunyai ujung-ujung yang tajam seperti terdapat pada gembili (Dioscorea aculeta L.).
d.      Duri daun penumpu (spina stipulogenum) yaitu duri yang berasal dari daun penumpu dan oleh sebab itu sering kali terdapat dalam sejumlah sepasang di kanan-kiri suatu daun atau metamorfosisnya.

b.       
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Tempat
Waktu Praktikum Morfologi Tumbuhan tentang Modifikasi Pada Batang dilaksanakan pada hari Rabu, pada tanggal 03 Desember 2015  pukul 10.30-12.00 WIB. Di Laboratorium Fisika Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B.       Alat dan Bahan
1.      Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lup, mikroskop binokuler, pensil warna dan mistar.
2.      Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan adalah kaktus (Opuntia vulgaris Mill), Lengkuas (Alpinia galanga), Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis), Kangkung Air (Ipomoea aquatica), Sirih (Piper betle L.), Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Teratai (Nymphaea sp), Markisa (Passiflora quadrangularis), dan Bawang Putih (Allium sativum).

C.      Cara Kerja
Pada praktikum kali ini disiapkan beberapa bahan diantaranya kaktus (Opuntia vulgaris Mill), lengkuas (Alpinia galanga), bunga kertas (Bougainville Spectabilis), kangkung air (Ipomoea aquatica), sirih (Piper betle L.), eceng gondok (Eichhornia crassipes), teratai (Nymphaea sp), markisa (Passiflora quadrangularis), dan bawang putih (Allium sativum) untuk diamati modifikasi pada batang yang terjadi.  
Setelah itu ditentukan bagian-bagian dari setiap daun tersebut maka gambar batang tersebut dan tentukan bernutk percabangannya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil
Tabel 1. Pengamatan Bagian-bagian Daun
No
Nama Daun dan Gambar Daun
Keterangan
1.
Kaktus
(Opuntia vulgaris Mill)
1.     Jenis batang : Herbaceus
2.     Bentuk batang : Kladodia (pipih)
3.     Warna batang : Hijau tua
4.     Pola Percabangan : Simpodial
5.     Bentuk modifikasi : Batang  memipih
2.
Lengkuas
(Alpinia galanga)
1.      Jenis batang : Batang Semu
2.     Bentuk batang : Bulat (teres)
3.     Warna batang : Hijau tua
4.     Pola Percabangan : Monopodial
5.     Bentuk modifikasi : Rhizoma
3.
Bunga Kertas
(Bougainvillea spectabilis)
1.      Jenis batang : Berkayu (lignosus)
2.      Bentuk batang : Bulat (teres)
3.      Warna batang : Hijau tua
4.      Pola Percabangan : Simpodial
5.      Bentuk modifikasi : Spina
4.
Kangkung Air
(Ipomoea aquatica)
1.    Jenis batang : Herbaceus
2.    Bentuk batang : Bulat (teres)
3.    Warna batang : Hijau Coklat
4.    Pola Percabangan : Monopodial
5.    Bentuk modifikasi : Stolon
5.
Sirih
(Piper betle L.)
1.    Jenis batang : Berkayu (lignosus)
2.    Bentuk batang : Bulat (teres)
3.    Warna batang : Kuning Kecoklatan
4.    Pola Percabangan : Simpodial
5.    Bentuk modifikasi : Stolon
6.
Eceng Gondok
 (Eichhornia crassipes)
1.    Jenis batang : Herbaceus
2.    Bentuk batang : Bulat (teres)
3.    Warna batang : Hijau Keputihan
4.    Pola Percabangan : Monopodial
5.    Bentuk modifikasi : Stolon
7.
Teratai (Neliumbium nucifera)
1.    Jenis batang : Herbaceus
2.    Bentuk batang : Bulat (teres)
3.    Warna batang : Hijau Keunguan
4.    Pola Percabangan : Monopodial
5.    Bentuk modifikasi : Stolon
8.
Markisa
(Passiflora quadrangularis)
1.    Jenis batang : Berkayu (lignosus)
2.    Bentuk batang : Quadrangularis
3.    Warna batang : Hijau Kekuningan
4.    Pola Percabangan : Simpodial
5.    Bentuk modifikasi : Sulur
9.
Bawang Putih
(Allium sativum)

1.    Jenis batang : Tidak baerbatang
2.    Bentuk batang : Tidak ada batang
3.    Warna batang : Putih
4.    Pola Percabangan : Tidak ada
5.    Bentuk modifikasi : Cakram

B.       Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan mengamati beberapa modifikasi dari batang yaitu kaktus (Oppuntia vulgaris Mill), lengkuas (Alpinia galanga), bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), kangkung air (Ipomoea aquatica), sirih (Piper betle L.), eceng gondok (Eichhornia crassipes), teratai (Nymphaea sp), markisa (Passiflora quadrangularis), dan bawang putih (Allium sativum).
Kaktus (Oppuntia vulgaris Mill) yang berjenis batang besah (herbaceus), bentuk batangnya kladodia (pipih), warna batangnya hijau tua, pola percabangan simpodial dan bentuk modifikasinya adalah batang  yang memipih.
Kaktus memilki batang yang melebar lalu menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun dan masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan (Thjitsoepomo, 2005).
Xerofit yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering, contohnya kaktus. Cara adaptasi xerofit antara lain mempunyai daun berukuran kecil atau bahkan tidak berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri), batang dilapisi lapisan lilin yang tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan sangat luas (Yudianto, 2005).
 Sesuai habitat hidupnya, tanaman xerofit seperti kaktus yang hidup di tempat yang kekurangan air akan memodifikasi batangnya menyerupai daun untuk dapat menyimpan cadang air sehingga tidak kekurangan air meskipun tumbuh ditempat yang sulit akan air.
Lengkuas (Alpinia galanga) yang berjenis batang  semu, bentuk batangnya bulat (teres), warna batangnya hijau tua, pola percabangan monopodial dan bentuk modifikasinya adalah rhizoma.
Batang semu adalah batang yang amat pendek sehingga semua daunnya seakan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain. Tumbuhan semecam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga (Tjitrosoepomo, 2005).
Rhizoma atau rimpang adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang merupakan alat perkembangbiakan dan juga merupakan tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan (Tjitrosoepomo, 2005).
Bunga kertas (Bougainvillea spectabilis) berjenis batang berkayu (lignosus), bentuk batangnya bulat (teres), warna batangnya hijau tua, pola percabangannya simpodial dan bentuk modifikasinya adalah spina atau duri.
Spina merupakan metamorfosis salah satu bagian pokok tumbuhan yang biasanya sukar ditinggalkan dari batatang dan jika dapat ditinggalkan akan menimbulkan bekas yang berupa luka. Duri yang demikian seringkali dinamakan duri sejati (Tjitrosoepomo, 2005).
Duri pada bunga kertas (Bougainvillea spectabilis Wild) merupakan duri dahan (spina caulogenum) yang merupakan penjelmaan cabang atau dahan (Tjitrosoepomo, 2005).
Kangkung air (Ipomoea aquatica) merupakan batang  herbaceus, batangnya bentuk bulat (teres) dengan batang yang berwarna hijau coklat, pola percabangan monopodial dan modifikasinya berbentuk stolon.
Eceng gondok (Eichornia cressipes) adalah batang herbaceus yang bentuk bulat (teres) dengan warna batang hijau keputihan, pola percabangan monopodial dan modifikasinya berupa stolon.
Teratai (Nymphaea sp) merupakan batang herbaceus, berbentuk bulat (teres), warna batangnya hijau keunguan dengan pola percabangan monopodial dan bentuk modifikasinya berupa stolon.
Kangkung air (Ipomoea aquatica), eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan teratai (Nymphaea sp) merupakan tumbuhan hidrofit yaitu yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berair. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis serta mempunyai banyak stomata (Yudianto, 2005).
Ketiga tumbuhan tersebut memiliki kesamaan morfologi misalnya memilik batang yang berongga dan modifikasi batang yang berupa stolon.
Batang yang berongga berisi udara. Rongga udara ini berfungsi sebagai organ yang mendukung tumbuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan air sebagai habitat hidupnya. Dengan adanya rongga udara pada batang ini, tanaman dapat mengapung di atas permukaan air, sedangkan akarnya masih terdapat dalam air. Dengan kondisi yang seperti ini akar dapat menyerap air
Modifikasi stolon adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat mencapai lebih satu meter tumbuh ke samping di atas tanah atau di dalam tanah, kemudian pada ujung stolon ini dibentuk tumbuhan baru. Jadi stolon berfungsi untuk reproduksi secara vegetatif (Tjitrosopomo, 1983).
Sirih (piper betle l.) adalah batang yang berkayu (lignosus), berbentuk bulat (teres), batang berwarna kuning kecoklatan, pola percabangan simpodial dan modifikasinya berbentuk stolon.
Stolon memiliki struktur yang berbeda dengan rhizoma, ruas-ruas pada stolon lebih panjang dan berdiameter lebih kecil. Pada setiap buku dari stolon biasanya terdapat akar dan daun (Kusdianti, 2010).
Sirih biasanya hidup di dinding-dinding rumah atau biasanya dipohon. Untuk dapat merambat ke atas maka tumbuhan ini menggunakan akar yang keluar dari ruas-ruasnya yang merupakan hasil modifikasi. 
Markisa (Passiflora quadrangularis) merupakan batang berkayu (lignosus), berbentuk quadrangularis, warna batang hijau kekuningan, pola percabangan simpodial  dan modifikasinya berupa sulur.
Sulur adalah alat pembelit bagian-bagian tumbuhan yang biasanya menyerupai spiral dan berguna untuk membelit benda-benda yang disentuhnya yaitu untuk berpegangan pada waktu tumbuhan ini berusaha mendapatkan penunjang untuk dapat naik ke atas (Tjitrosoepomo, 2005).
Sulur pada tumbuhan markisah biasanya keluar dari ketiak daun sehingga disebut sulur dahan atau sulur cabang.
Menurut Tjitrosoepomo (2005), bahwa sulur dahan atau sulur cabang adalah alat pembelit yang terjadi dari cabang atau tunas yang biasnya terlihat dari tempatnya yaitu dalam ketiak daun atau berhadapan dengan daun.
Bawang putih (Allium sativum) merupakan  tumbuhan yang tidak memiliki batang yang berwarna putih dan modifikasinya berupa cakram.
Subang atau cakram yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram dan terdapat pula kuncup-kuncup (Tjitrosoepomo, 2005).



BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Modifikasi batang adalah  perubahan morfologi dari batang yang menunjang proses pertumbuhan batang agar dapat menyesuaikan diri pada habitat tertentu.
Dari praktikum kali ini kita dapat mengetahui beberapa modifikasi pada batang, diantaranya kaktus (Oppuntia vulgaris Mill) bermodifikasi menjadi batang pipih, lengkuas (Alpinia galanga) bermodifikasi menjadi rhizoma, bunga kertas (Bougainvillea spectabilis) bermodifikasi menjadi spina, kangkung air (Ipomoea aquatica) bermodifikasi menjadi stolon, Sirih (Piper betle L.) bermodifikasi menjadi stolon, eceng gondok (Eichhornia crassipes) bermodifikasi menjadi stolon, teratai (Nymphaea sp) yang bermodifikasi menjadi stolon, markisa (Passiflora quadrangularis) bermodifikasi menjadi sulur, dan bawang putih (Allium sativum) bermodifikasi menjadi cakram.



DAFTAR PUSTAKA

Yudianto, Surosos Adi. 2005. Kelangsungan Hidup Mahluk Hidup Melalui Adaptasi.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195305221980021-2005.SUROSO_ADI_YUDIANTO/Mortum/modifikasi_batangx.pdf.  Diakses pada Jumat, 04 Desember 2015 pukul 20:24 WIB.

Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB

Kusdianti. 2010. Mortum. Web: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032-R._KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf Diakses pada Kamis, 03 Desember 2015 pukul 19:00 WIB.

Rahmiana, EA., Tyasmoro, SY., Suminarti, NE. 2015. Pengaruh Pengurangan Panjang Sulur Dan Frekuensi Pembalikan Batang Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Varietas Madu Oranye. Malang :  Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 2, Maret 2015, hlm. 126 – 134.

Rosanti, Dwi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : GMU Press.

Tjitrosopomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum 1. Bandung : Angkasa.


1 komentar:

Laporan Morfologi Tumbuhan Modifikasi Batang

LAPORAN PRAKTIKUM MODIFIKASI PADA BATANG (CAULIS) Nama           : Rizki Suhertini NIM             : 14222153 Dosen...