LAPORAN PRAKTIKUM
MODIFIKASI PADA BATANG (CAULIS)
Nama : Rizki Suhertini
NIM : 14222153
Dosen Pengampu
:
Ike Apriani, M.Si
Asisten :
Abdul Roni
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat
penting. Di samping itu, tumbuhan juga memiliki peranan yang sangat penting
untuk perkembangan mahluk hidup. Setiap tumbuhan memiliki akar, batang dan
daun. Masing-masing
memiliki fungsi utama dalam pertumbuhan sebuah tumbuhan.
Batang merupakan bagian tubuh
tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi
tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan
(Tjitrosoepomo, 2005).
Batang tumbuh dari batang lembaga
yang tumbuh dari dalam biji. Selanjutnya pertumbuhan berasal dari titik tumbuh
berupa meristem apikal yang
terdapat dalam batang. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan,
batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Oleh karena itu untuk
mempertahankan fungsinya, batang melakukan berbagai adaptasi terhadap
lingkungan dimana tumbuhan tersebut tumbuh. Adaptasi setiap tumbuhan
berbeda-beda tergantung kebutuhan dari tumbuhan tersebut.
Modifikasi batang merupakan salah
satu jalan tubuh tumbuhan dalam melakukan adaptasi, artinya adaptasi dapat
dilakukan tumbuhan dengan melakukan modifikasi bagian tubuh tumbuhan, termasuk
batang (Rosanti, 2013).
Batang yang bentuknya berubah
disebut batang yang telah mengalami modifikasi. Batang dapat terspesialisasi
serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas khusus sesuai dengan
kebutuhan dari batang itu sendiri misalnya untuk menyimpan cadangan makanan
atau untuk dapat bertahan hidup sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga perlu diadakannya praktikum
Morfologi Tumbuhan mengenai Modifikasi pada Batang yang dilatar belakangi
banyaknya modifikasi pada batang yang perlu diketahui oleh para praktikan.
B. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum Morfologi Tumbuhan yang berjudul Modifikasi Pada Batang adalah
sebagai berikut :
1. Memahami beberapa struktur tumbuhan yang
merupakan hasil modifikasi dari batang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Morfologi Luar Batang dan Sifat Batang
Batang
merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik
tumbuhnya, batang dikelilingi oleh daun muda dan menjadi terminal. Di bagian
batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjauhan, nodus tempat daun melekat
pada batang dapat dibedakan dari ruas, yakni bagian batang di antara dua buku
yang berturutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada
pertumbuhan ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa
memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas.
Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letak daunnya merapat membentuk
roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh menjadi ranting
menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan batang
yang tumbuh dibawah tanah (rizoma, umbi lapis atau umbi batang), di dalam air
atau di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat atau merayap. Ragam lain
adalah susunan daun pada batang, ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh
menjadi cabang, serta taraf percabangan bila ada (Hidayat, 1995).
Menurut Tjitrosoepomo
(2005), batang bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat
serta kedudukan batang bagi tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan.
Menurut Tjitrosoepomo
(2005), umumnya batang mempunyai sifat-sifat seperti berikut :
1.
Umumnya
berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain.
Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang
dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
2.
Terdiri
atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku
inilah terdapat daun.
3.
Tumbuhnya
biasanya keatas, menuju cahaya atau matahari.
4.
Selalu
bertambah panjang diujungnya oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5.
Mengadakan
percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan kecuali kadang-kadang
cabang atau ranting yang kecil.
6.
Umumnya
tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek misalnya rumput dan
waktu batang masing muda.
Sedangkan
menurut Tjitrosopomo (1983), batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga
daun. Pada tumbuhan Angiospermae dan Gymnospermae titik vegetasi terdiri dari
sekelompok meristem sel baru.
Sebagian
dari bagian tumbuh-tumbuhan batang mempunyai tugas untuk (Tjitrosoepomo, 2005)
:
1.
Mendukung
bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah yaitu daun, bunga, dan buah.
2.
Dengan
percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian-bagian
tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, sehingga dari segi kepentingan
tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang posisi yang paling
menguntungkan.
3.
Jalan
pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan
hasil-hasil asimilasi ke atas ke bawah.
4.
Menjadi
tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.
Menurut Tjitrosoepomo (2005), jika kita
membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di antaranya yang jelas kelihatan
batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu
dibedakan menjadi :
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta
acaulis). Tumbuh-tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada
hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek,
sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun
rapat satu sama lain merupakan suatu rosert,
misalnya lobak (Raphanus sativus L.), sawi (Brassica juncea
L.). Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu
berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat
dengan daun-daun yang jarang-jarang, bercabang-cabang, dan mendukung
bunga-bunganya.
2. Tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan
dapat dibedakan seperti berikut :
a. Batang basah (herbaceus), yaitu batang
yang lunak dan berair misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L),
krokot (Portulaca oleracea L).
b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang
yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang
terdapat pada pohon-pohon dan semak-semak pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan
yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah,
sedang semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu,
bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh mangga (Mangifera
indica L), sidaguri (Sida rhombifolia L).
c. Batang rumput (calmus), yaitu batang
yang tidak keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga
misalnya pada padi (Oryza sativa L) dan rumput (Gramineae) pada
umumnya.
d. Batang mendong (calamus), seperti batang
rumput tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis
globulosa Kunth.), wlingi (Scirpus grassu L.) dan
tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae).
B. Bentuk Batang
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun
demikian, beberapa tumbuhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk
batang menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan (Rosanti,
2013).
Pada
tumbuh-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil biasanya mempunyai
batang yang dasarnya dianggap tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung.
Sedangkan pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong kelas dikotil bentuk batang pada
umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai suatu kerucut sesuai
dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya (Rosanti, 2013).
Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari
penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk batang tumbuhan dibedakan
yaitu bulat, bersegi, dan pipih. Batang bulat jika penampang melintangnya
menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditemukan pada kebanyakan
tumbuhan seperti pada batang bambu. Pada batang bersegi, penampang melintang
batang menunjukkan bangun segitiga dan segi empat (Rosanti, 2013).
Menurut Tjiteosoepomo (2005), berdasarkan
bentuk penampang melintang dapat dibedakan beberapa macam yaitu :
1. Bulat (teres) misalnyanya bambu (Bambusa
sp), kelapa (Cocos nucifera L.).
2. Bersegi (angularis) yang terdiri dari
bangun segi tiga (triangularis) misalnya batang teki (Cyperus rotundus)
dan segi empat (quadrangularis) misalnya batang markisah (Passiflora
quadrangularis).
3. Pipih dan biasanya lalu melebar mempunyai daun
dan mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan
filokladida dan kladodia. Filokladida jika amat pipih dan memounyai pertumbuhan
yang terbatas contohnya pada jakang (Muehlrnbeckia platyclada Meissn).
Dan kladodia jika msih tumbuh terus dan mengadakan percabangan misalnya
sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill).
C. Permukaan Batang
Menurut Rosanti
(2013), permukaan batang tumbuhan memperlihatkan sifat yang bemacam-macam
diantaranya adalah :
1. Licin (leavis) misalnya pada batang
jagnug (Zea mays)
2. Berusuk (costatus) jika pada permukaan
terdapat rigi-rigi yang membujur misalnya iler (Coleus scutellariodes).
3. Beralur (sulcatus) jika pada arah
membujur batang terhadap alur-alur yang jelas misalnya pada Cereus
peruianus.
4. Bersayap (alatus) bisanya pada batang
yang bersegi tetapi pada sudut-sudut terdapat pelebaran yang tipis misalnya
pada gadung (Dioscorea alata) dan masrkisa (Passiflora
quadrangularis).
5. Berambut (pilosus) seperti isalnya
tembakau (Nicotania tabacum).
6. Berduri (spinosus) misalnya pada mawar (Rosa
sp) .
7. Memperlihatkan bekas-bekas daun misalnya pepaya
(Carica papaya) dan kelapa (Cocos nucifera).
8. Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu
misalnya nagka (Arthocarpus integra Merr).
9. Memperlihatkan lentisel misalnya pada sengon (Albizia
stipulata).
10. Keadaan-keadaan lain misalnya lepasnya kerak
(bagian kulit yang mati) seperti pada jambu biji (Psidium guajava) dan
pohon kayu putih (Melaleucea leucadendron).
D. Arah Tumbuh Batang
Menurut
Rosanti (2013), walaupun batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, menjauhi tanah
dan air, tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa variasi, sehingga arah tumbuh
batang dibedakan menjadi:
1. Tegak lurus (erectus) yaitu jika arahnya
lurus ke atas. Batang tegak lurus biasanya tidak bercabang, misalnya pepaya (Carica
papaya L.), kelapa (Cocos nosifera) dan beberapa jenis cemara.
2. Menggantung (dependens, pendulus), batang
seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng
atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuh-tumbuhan yang
hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya jenis anggrek (Orchidaceae)
tertentu.
3. Berbaring (humifusus), batang ini
terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke
atas misalnya pada semangka (Citrillus vulgaris). Kadang-kadang batang
berbaring diberikan penunjang dari kayu, kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke
atas.
4. Menjalar atau merayap (repens), batang
menjalar hampir sama dengan batang berbaring, yang membedakan terletak dari
buku-bukunya yang mengeluarkan akar, sehingga dapat tumbuh menjadi tunas.
Batang menjalar dapat ditemukan pada kangkung (Ipomoea crassicaulis),
ubi jalar (Ipomoea batatas) dan sebagainya.
5. Serong ke atas atau condong (ascendens),
pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke
atas, misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea).
6. Mengangguk (nutans), batang ini tumbuh
tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah seperti
mengangguk. Contoh batang mengangguk
dapat dilihat pada bunga matahari (Helianthus annuus).
7. Memanjat (scandens) yaitu jika batang
tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati
ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan alat-alat
khusus untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya dengan akar pelekat,
contohnya pada sirih (Piper bettle) dan arisema (Arisaema sp.).
8. Membelit (volubilis), berbeda dengan
batang memanjat yang menggunakan alat bantu untuk naik ke atas, batang membelit
tidak menggunakan alat bantu, tetapi batang tumbuhan itulah yang membelit.
Dengan kata lain batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya. Arah
melilit terbagi dua, yaitu ke kiri (sinistrorsum volubilis) dan ke kanan
(dextrorsum volubilis). Membelit ke kiri, jika dilihat dari atas arah
belitan berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dengan kata lain jika kita
mengikuti jalanya batang yang membelit itu, penunjang akan selalu di sebelah
kiri yang melihat.
E. Percabangan pada Batang
Menurut
Tjitrosoepomo (2005), batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak,
yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae),
misalnya jagung (Zea mays). Umumnya batang memperlihatkan percabangan
entah banyak entah sedikit. Cara percabangan ada bermacam-macam biasanya
dibedakan tiga macam cara percabangan, yaitu:
1. Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang
pokok selalu tampak jelas. Karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat
pertumbuhannya daripada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina
equisetifolia L.).
2. Percabangan simpodial, batang pokok sukar
ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan
pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya atau kalah besar
dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya misalnya pada sawo
manila (Achras zapota L.).
3. Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara
percabangan yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya,
misalnya paku andam (Gleichenia linearis Clarke).
Cabang yang besar yang biasanya
langsung keluar dari batang pokok lazimnya disebut dahan (rasmus), sedangkan cabang-cabang yang
kecil dinamakan ranting (ramulus) (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), cabang-cabang
pada suatu tumbuhan dapat bermacam-macam sifatnya, oleh sebab itu cabang-cabang
dapat dibedakan seperti dibawah ini :
1.
Geragih (flagellum, stolo),
yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke
atas keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar-akar. Tunas pada buku-buku ini
beserta akar-akarnya masing-masing dapat terpisah merupakan suatu tumbuhan
baru. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi dalam dua macam :
a.
Merayap di atas tanah, misalanya pada daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) dan arbe (Fragraria vesca L.),
b.
Merayap di dalam tanah, misalnya teki (Cyperus
rotundus L.), kentang (Solanum tuberosum L.).
2.
Wiwilan atau tunas air (virga
singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang
panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar.
Seringkali terdapat pada kopi (coffea sp)
dan pohon coklat (Theobroma cacao L.).
3.
Sirung panjang (Virga), yaitu cabang-cabang
yang biasanya merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang cukup
panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh
sebab itu sering disebut pula cabang yang mandul (steril).
4.
Sirung pendek (Virgula atau Virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang
kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan
pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan
bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), cabang-cabang pada suatu tumbuhan biasanya
membentuk sudut yang tertentu dengan batang pokoknya. Bergantung pada besar
kecilnya sudut ini, maka arah tumbuh cabang menjadi berlainan. Umumnya arah tumbuh cabang dibedakan menjadi seperti
berikut :
1.
Tegak (fastigiatus), yaitu jika
sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya
pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar
dengan batang pokoknya, miaslnya wiwilan pada kopi (Coffea sp).
2.
Condong ke atas (patens), jika
cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 45o,
misalnya pada pohon cemara (Casuarina
equisetifolia L.),
3.
Mendatar (horizontalis), jika
cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kurang lebih 90oC,
misalnya pada pohon randu (Ceiba
pentandra Gaertn).
4.
Terkulai (decilinatus), jika
cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi ujungnya lalu melengkung ke bawah,
misalnya kopi robusta (Coffea robusta Lindl),
5.
Bergantung (pendulus), cabang-cabang
yang tumbuhnya ke bawah, misalnya cabang-cabang tertentu pada Salix.
Dalam membicarakan perihal pangkal batang yang menjadi
alat untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan pada masa yang buruk, dapat
diketahui bahwa batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas. Karena kalau
batangnya mati, biasanya tumbuhannya pun mati, maka tumbuhan seringkali
dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek umurnya (Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut Tjitrosoepomo (2005), panjang pendek
umur tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
1.
Tumbuhan annual (annuus), yaitu
tumbuhan yang umurnya pendek, umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau
paling banyak dapat mencapai umur setahun. Dalam golongan ini termasuk
bermacam-macam tanaman yang di dunia pertanian terkenal sebagai tanaman
palawija, misalnya jagung (Zea mays L.), kedele (Soja max Piper), kacang
tanah (Arachis hypogaea L.). Untuk menunjukkan sifat ini, dalam
buku-buku pelajaran dicantumkan tanda O di belakang nama tumbuhannya.
2.
Tumbuhan biennial (dua tahun)
(biennis), yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, mulai tumbuh sampai
menghasilkan biji (keturunan baru) memerlukan waktu dua tahun. Sifat ini sering
ditunjukkan dengan tanda ʘ atau ʘʘ, misalnya biet (Beta vulgaris L.),
digitalis (Digitalis purpurea L.).
3.
Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur
sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat mencapai umur
sampai ratusan tahun. Untuk golongan pohon-pohon dan semak-semak, sifat ini
ditunjukkan dengan tanda planet Saturnus, yaitu tanda 21, sedang untuk tanda
terna (herba) yang berumur panjang,
sifat ini ditunjukkan dengan tanda planet Jupiter, yaitu tanda X. Terna yang
berumur panjang biasanya mempunyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup,
walaupun bagiannya yang di atas tanah telah mati, misalnya: empon-empon (Zingiberaceae).
F. Modifikasi
batang
Selain daun dan tunas aksilar, pada batang terdapat pula
struktur yang berupa tonjolan yang disebut emergen. Emergen bukan
merupakan cabang, daun atau akar adventitis, bukan pula merupakan bentuk
modifikasinya, melainkan suatu struktur yang terbentuk dari sel-sel turunan
jaringan yang terdapat di bawah epidermis (Kusdianti, 2010).
Jaringan ini disebut sebagai jaringan subepidermis. Emergen
biasanya relatif mudah lepas dan meninggalkan bekas. Pada beberapa tumbuhan,
emergen sifatnya (kekal) dan pada batang yang telah tua sifatnya berubah
menjadi struktur yang relatif padat. Emergen pada batang sering dihubungkan
dengan kebutuhan akan organ untuk memanjat atau sebagai alat pertahanan (Kusdianti, 2010).
1.
Sulur
Alat-alat pembelit adalah
bagian-bagian tumbuhan yang biasanya menyerupai spiral dan berguna untuk
membelit benda-benda yang disentuhnya yaitu untuk berpegangan pada waktu
tumbuhan ini berusaha mendapatkan penunjang untuk dapat naik ke atas
(Tjitrosoepomo, 1985).
Pada beberapa tumbuhan
memanjat, batang biasanya membentuk struktur khusus sebagai alat panjat yang
disebut sebagai sulur. Sulur yang dibentuk sebagai hasil dari modifikasi batang
atau cabang disebut sebagai sulur batang atau sulur cabang (Kusdianti, 2010).
Sulur batang dapat mengalami
pertumbuhan sekunder, sehingga dapat menebal dan membentuk alat pegang yang
permanen. Sulur batang dapat bercabang dan memiliki karakteristik umum batang. Sulur
cabang dibentuk sebagai hasil modifikasi tunas aksilar atau merupakan suatu
cara penghentian pertumbuhan apeks. Bila sulur cabang dibentuk sebagai hasil
manifestasi penghentian pertumbuhan apeks, pertumbuhan selanjutnya dari
tumbuhan itu akan diteruskan oleh tunas aksilar, sehingga sumbu tubuh akan
membentuk struktur simpodial. Sulur cabang yang terbentuk dari hasil
perkembangan tunas aksilar muncul dari ketiak daun. Pada sulur seperti ini
dapat dibentuk daun dan dapat pula tidak. Umumnya sulur cabang tidak berdaun
dan pertumbuhannya terbatas. Pada beberapa tumbuhan, sulur cabang dapat
mengalami pertumbuhan sekunder (Kusdianti, 2010).
Menurut Rahmiana dkk (2015),
contoh dari tanaman yang memiliki sulur adalah Ubi Jalar (Ipomaoea batatas L.).
Semakin panjang sulur yang terbentuk, maka semakin banyak pula daun yang akan
dihasilkan, sementara tanaman ubi jalar merupakan salah satu jenis tanaman yang
mempunyai susunan daun horizontal dan berjumlah banyak.
2. Rizoma
Pada umumnya batang tumbuhan
tumbuh tegak di atas permukaan tanah, tetapi pada sebagian tumbuhan batangnya
tumbuh mendatar di bawah permukaan tanah. Batang seperti ini disebut sebagai
rhizoma. Rhizoma dapat berdaging atau berkayu dan memiliki ruas dan buku
(Kusdianti, 2010).
Tumbuhan yang batangnya
berbentuk rhizoma biasanya memiliki pola percabangan simpodial. Bagian ujung
distal rhizoma yang masih tumbuh biasanya tumbuh tegak dan keluar dari dalam
tanah, membentuk bagian tubuh di atas permukaan tanah. Pertumbuhan ujung distal
ini diakhiri dengan suatu perbungaan yang letaknya terminal. Pertumbuhan batang
selanjutnya diteruskan oleh
tunas aksilar yang terdapat pada ketiak sisik (Kusdianti, 2010).
Menurut Tjitrosoepomo
(2005), bahwasannya alat ini adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat
dilihat tanda-tanda berikut :
a. Beruas-ruas, berbuku-buku,
akar tidak pernah bersifat demikian.
b. Berdaun tetapi daunnya telah
menjelma mejadi sisik-sisik.
c. Mempunyai kuncup-kuncup.
d. Tumbuhnya tidak ke pusat
bumi atau air malahan kadang-kadang lalu ke atas, muncul di atas tanah.
3. Stolon
Stolon
adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat mencapai lebih satu meter tumbuh
ke samping di atas tanah atau di dalam tanah, kemudian pada ujung stolon ini dibentuk tumbuhan baru.
Bilamana tumbuhan baru ini telah cukup berdaun dan berakar sehingga dapat
berdiri sendiri, maka stolon
ini akan mati rusak. Jadi stolon
berfungsi untuk reproduksi
secara vegetatif. Stolon yang tumbuh di atas tanah
terdapat misalnya pada tumbuhan arbei
atau stroberi (Fragaria sp). Stolon yang menjalar di bawah tanah
misalnya terdapat pada alang-alang (Imperata
cylindrica) (Tjitrosopomo, 1983).
Stolon memiliki struktur yang berbeda dengan rhizoma,
ruas-ruas pada stolon lebih panjang dan berdiameter lebih kecil. Pada setiap
buku dari stolon biasanya terdapat akar dan daun. Daun-daun pada stolon jarang
sekali termodifikasi menjadi sisik. Stolon berkembang dari kecambah ke arah
radial, kemudian memisahkan diri karena buku yang memiliki akar membentuk tunas
baru atau karena terputus oleh sebab mekanik. Pola percabangan pada stolon dapat
monopodial atau simpodial (Kusdianti, 2010).
4.
Umbi
Batang
Umbi batang umumnya tidak mempunyai
sisa-sisa daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu sering kali permukaannya
tampak licin, buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak
adanya sisa daun seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus), seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum) dan ketela rambat (Ipomoea batatas) (Tjitrosoepomo, 2005).
Bahwasanya umbi batang adalah
penjelmaan batang masih terlihat dari terdapatnya kuncup-kuncup (mata) pada
umbi ini, yang jika waktunya telah tiba dapat lalu bertunas dan meghasilkan tumbuhan
baru (Tjitrosoepomo, 2005).
5.
Umbi Lapis
Ditinjau dari asalnya, umbi lapis adalah penjelmaan
batang beserta daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis, karena memperlihatkan
susunan yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas daun-daun yang telah
menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan zat
makanan cadangan, sedang batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang kecil
pada bagian bawah umbi lapis itu (Tjitrosoepomo, 2005).
Salah satu bagian dari umbi lapis adalah subang atau
cakram yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan
ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram dan terdapat pula
kuncup-kuncup (Tjitrosoepomo, 1985).
6.
Kormus
Kormus adalah batang yang membengkak ditutupi oleh duan-daun
yang menyerupai sisik. Kormus berbeda dengan bulnus (umbi lapis)karen amormus
secara nyata adalah batang dengan buku dan ruas yang dapat dibedakan, sedangkan
bulbus secara dominan dibentuk oleh daun-daun sisik yan gmenebal. Bagian dalam
dari kornus terdiri dari jaringan penyimpan cadangan makanan yang disusun oleh
sel-sel parenkim (Kusdianti, 2010).
7.
Duri (spina)
Duri merupakan
metamorfosis salah satu bagian pokok tumbuhan oleh karena itu biasanya sukar
ditinggalkan dari batatang dan jika dapat ditinggalkan akan menimbulkan bekas
yang berupa luka. Duri yang demikian seringkali dinamakan duri sejati (Tjitrosoepomo,
2005).
Menurut
Tjitrosoepomo (2005), berdasarkan asalnya duri dapat dibedakan menjadi :
a.
Diri dahan (spina caulogenum)
jika merupakan penjelmaan cabang atau dahan misalnya pada bougenvil (Bougainvillea
spectabilis Wild).
b.
Duri daun (spina phyllogenum) yaitu
jika duri yang merupakan metamorfosis daun, seperti terdapat pada kaktus (Cactus
opuntia) bahwasannya duri ini berasal dari daun, dapat terlihat dari adanya
kuncup atau tunas yang keluar dari ketiaknya.
c.
Duri akar (spina rhizogenum) yaitu
akar-akar yang menjadi keras dan mempunyai ujung-ujung yang tajam seperti
terdapat pada gembili (Dioscorea aculeta L.).
d.
Duri daun penumpu (spina
stipulogenum) yaitu duri yang berasal dari daun penumpu dan oleh sebab itu
sering kali terdapat dalam sejumlah sepasang di kanan-kiri suatu daun atau
metamorfosisnya.
b.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Waktu Praktikum Morfologi Tumbuhan tentang Modifikasi
Pada Batang dilaksanakan pada hari Rabu, pada tanggal 03 Desember 2015 pukul 10.30-12.00 WIB. Di Laboratorium Fisika
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lup, mikroskop
binokuler, pensil warna dan mistar.
2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan adalah kaktus (Opuntia
vulgaris Mill), Lengkuas (Alpinia galanga), Bunga Kertas (Bougainvillea
spectabilis), Kangkung Air (Ipomoea aquatica), Sirih (Piper betle
L.), Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Teratai (Nymphaea sp),
Markisa (Passiflora quadrangularis), dan Bawang Putih (Allium sativum).
C. Cara Kerja
Pada praktikum kali ini disiapkan beberapa bahan
diantaranya kaktus (Opuntia vulgaris Mill), lengkuas (Alpinia galanga),
bunga kertas (Bougainville Spectabilis), kangkung air (Ipomoea
aquatica), sirih (Piper betle L.), eceng gondok (Eichhornia crassipes),
teratai (Nymphaea sp), markisa (Passiflora quadrangularis), dan
bawang putih (Allium sativum) untuk diamati modifikasi pada batang yang
terjadi.
Setelah itu ditentukan bagian-bagian dari setiap daun
tersebut maka gambar batang tersebut dan tentukan bernutk percabangannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.
Pengamatan Bagian-bagian Daun
|
No
|
Nama Daun dan Gambar Daun
|
Keterangan
|
|
1.
|
Kaktus
(Opuntia vulgaris Mill)
|
1. Jenis batang : Herbaceus
2. Bentuk batang : Kladodia (pipih)
3. Warna batang : Hijau tua
4. Pola Percabangan : Simpodial
5. Bentuk modifikasi : Batang memipih
|
|
2.
|
Lengkuas
(Alpinia
galanga)
|
1. Jenis batang : Batang Semu
2. Bentuk batang : Bulat (teres)
3. Warna batang : Hijau tua
4. Pola Percabangan : Monopodial
5. Bentuk modifikasi : Rhizoma
|
|
3.
|
Bunga Kertas
(Bougainvillea
spectabilis)
|
1. Jenis batang : Berkayu (lignosus)
2. Bentuk batang : Bulat (teres)
3. Warna batang : Hijau tua
4. Pola Percabangan : Simpodial
5. Bentuk modifikasi : Spina
|
|
4.
|
Kangkung Air
(Ipomoea
aquatica)
|
1.
Jenis batang : Herbaceus
2.
Bentuk batang : Bulat (teres)
3.
Warna batang : Hijau Coklat
4.
Pola Percabangan : Monopodial
5.
Bentuk modifikasi : Stolon
|
|
5.
|
Sirih
(Piper betle L.)
|
1.
Jenis batang : Berkayu (lignosus)
2.
Bentuk batang : Bulat (teres)
3.
Warna batang : Kuning Kecoklatan
4.
Pola Percabangan : Simpodial
5.
Bentuk modifikasi : Stolon
|
|
6.
|
Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes)
|
1.
Jenis batang : Herbaceus
2.
Bentuk batang : Bulat (teres)
3.
Warna batang : Hijau Keputihan
4.
Pola Percabangan : Monopodial
5.
Bentuk modifikasi : Stolon
|
|
7.
|
Teratai (Neliumbium nucifera)
|
1.
Jenis batang : Herbaceus
2.
Bentuk batang : Bulat (teres)
3.
Warna batang : Hijau Keunguan
4.
Pola Percabangan : Monopodial
5.
Bentuk modifikasi : Stolon
|
|
8.
|
Markisa
(Passiflora quadrangularis)
|
1.
Jenis batang : Berkayu (lignosus)
2.
Bentuk batang : Quadrangularis
3.
Warna batang : Hijau Kekuningan
4.
Pola Percabangan : Simpodial
5.
Bentuk modifikasi : Sulur
|
|
9.
|
Bawang Putih
(Allium sativum)
|
1.
Jenis batang : Tidak baerbatang
2.
Bentuk batang : Tidak ada batang
3.
Warna batang : Putih
4.
Pola Percabangan : Tidak ada
5.
Bentuk modifikasi : Cakram
|
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan mengamati beberapa
modifikasi dari batang yaitu kaktus (Oppuntia vulgaris Mill), lengkuas (Alpinia
galanga), bunga kertas (Bougainvillea spectabilis), kangkung air (Ipomoea
aquatica), sirih (Piper betle L.), eceng gondok (Eichhornia crassipes),
teratai (Nymphaea sp), markisa (Passiflora quadrangularis), dan
bawang putih (Allium sativum).
Kaktus (Oppuntia vulgaris Mill) yang berjenis
batang besah (herbaceus), bentuk batangnya kladodia (pipih),
warna batangnya hijau tua, pola percabangan simpodial dan bentuk modifikasinya
adalah batang yang memipih.
Kaktus memilki batang yang melebar lalu menyerupai
daun dan mengambil alih tugas daun dan masih tumbuh terus dan mengadakan
percabangan (Thjitsoepomo, 2005).
Xerofit yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang kering, contohnya kaktus. Cara adaptasi xerofit antara
lain mempunyai daun berukuran kecil atau bahkan tidak berdaun (mengalami
modifikasi menjadi duri), batang dilapisi lapisan lilin yang tebal, dan berakar
panjang sehingga berjangkauan sangat luas (Yudianto, 2005).
Sesuai habitat
hidupnya, tanaman xerofit seperti kaktus yang hidup di tempat yang
kekurangan air akan memodifikasi batangnya menyerupai daun untuk dapat
menyimpan cadang air sehingga tidak kekurangan air meskipun tumbuh ditempat
yang sulit akan air.
Lengkuas (Alpinia
galanga) yang berjenis batang semu,
bentuk batangnya bulat (teres), warna batangnya hijau tua, pola
percabangan monopodial dan bentuk modifikasinya adalah rhizoma.
Batang semu
adalah batang yang amat pendek sehingga semua daunnya seakan keluar dari bagian
atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain. Tumbuhan semecam ini akan
memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga (Tjitrosoepomo, 2005).
Rhizoma atau
rimpang adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah,
bercabang-cabang dan tumbuh mendatar dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang
muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang merupakan
alat perkembangbiakan dan juga merupakan tempat penimbunan zat-zat makanan
cadangan (Tjitrosoepomo, 2005).
Bunga kertas (Bougainvillea
spectabilis) berjenis batang berkayu (lignosus), bentuk batangnya bulat
(teres), warna batangnya hijau tua, pola percabangannya simpodial dan
bentuk modifikasinya adalah spina atau duri.
Spina merupakan metamorfosis salah satu bagian pokok tumbuhan yang biasanya
sukar ditinggalkan dari batatang dan jika dapat ditinggalkan akan menimbulkan
bekas yang berupa luka. Duri yang demikian seringkali dinamakan duri sejati (Tjitrosoepomo,
2005).
Duri pada bunga kertas (Bougainvillea spectabilis Wild) merupakan
duri dahan (spina caulogenum) yang merupakan penjelmaan cabang atau
dahan (Tjitrosoepomo, 2005).
Kangkung air (Ipomoea aquatica) merupakan batang herbaceus, batangnya bentuk bulat (teres) dengan batang
yang berwarna
hijau coklat, pola percabangan monopodial dan modifikasinya berbentuk stolon.
Eceng gondok (Eichornia
cressipes) adalah batang herbaceus yang bentuk bulat (teres)
dengan warna batang hijau keputihan, pola percabangan monopodial dan
modifikasinya berupa stolon.
Teratai (Nymphaea
sp) merupakan batang herbaceus, berbentuk bulat (teres),
warna batangnya hijau keunguan dengan pola percabangan monopodial dan bentuk
modifikasinya berupa stolon.
Kangkung air (Ipomoea aquatica), eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan teratai (Nymphaea sp)
merupakan tumbuhan hidrofit yaitu yang menyesuaikan diri dengan
lingkungan berair. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis
serta mempunyai banyak stomata (Yudianto, 2005).
Ketiga tumbuhan
tersebut memiliki kesamaan morfologi misalnya memilik batang yang berongga dan
modifikasi batang yang berupa stolon.
Batang yang
berongga berisi udara. Rongga udara ini berfungsi sebagai organ yang
mendukung tumbuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan air sebagai habitat hidupnya.
Dengan adanya rongga udara pada batang ini, tanaman dapat mengapung di atas
permukaan air, sedangkan akarnya masih terdapat dalam air. Dengan kondisi yang
seperti ini akar dapat menyerap air
Modifikasi stolon adalah cabang yang ramping lagi
panjang, dapat mencapai lebih satu meter tumbuh ke samping di atas tanah atau
di dalam tanah, kemudian pada ujung stolon
ini dibentuk tumbuhan baru. Jadi stolon
berfungsi untuk reproduksi
secara vegetatif (Tjitrosopomo,
1983).
Sirih (piper
betle l.) adalah batang yang berkayu (lignosus), berbentuk bulat (teres),
batang berwarna kuning kecoklatan, pola percabangan simpodial dan modifikasinya
berbentuk stolon.
Stolon memiliki struktur yang berbeda dengan rhizoma, ruas-ruas pada
stolon lebih panjang dan berdiameter lebih kecil. Pada setiap buku dari stolon
biasanya terdapat akar dan daun (Kusdianti, 2010).
Sirih biasanya
hidup di dinding-dinding rumah atau biasanya dipohon. Untuk dapat merambat ke
atas maka tumbuhan ini menggunakan akar yang keluar dari ruas-ruasnya yang
merupakan hasil modifikasi.
Markisa (Passiflora
quadrangularis) merupakan batang berkayu (lignosus), berbentuk quadrangularis,
warna batang hijau kekuningan, pola percabangan simpodial dan modifikasinya berupa sulur.
Sulur adalah
alat pembelit bagian-bagian tumbuhan yang biasanya menyerupai spiral dan
berguna untuk membelit benda-benda yang disentuhnya yaitu untuk berpegangan
pada waktu tumbuhan ini berusaha mendapatkan penunjang untuk dapat naik ke atas
(Tjitrosoepomo, 2005).
Sulur pada
tumbuhan markisah biasanya keluar dari ketiak daun sehingga disebut sulur dahan
atau sulur cabang.
Menurut
Tjitrosoepomo (2005), bahwa sulur dahan atau sulur cabang adalah alat pembelit
yang terjadi dari cabang atau tunas yang biasnya terlihat dari tempatnya yaitu
dalam ketiak daun atau berhadapan dengan daun.
Bawang putih (Allium
sativum) merupakan tumbuhan yang tidak
memiliki batang yang berwarna putih dan modifikasinya berupa cakram.
Subang atau cakram yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya
kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram dan
terdapat pula kuncup-kuncup (Tjitrosoepomo, 2005).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modifikasi batang adalah perubahan morfologi dari batang yang
menunjang proses pertumbuhan batang agar dapat menyesuaikan diri pada habitat
tertentu.
Dari praktikum kali ini kita dapat mengetahui beberapa modifikasi pada
batang, diantaranya kaktus (Oppuntia vulgaris Mill) bermodifikasi menjadi batang pipih,
lengkuas (Alpinia galanga) bermodifikasi menjadi rhizoma, bunga kertas (Bougainvillea
spectabilis) bermodifikasi menjadi spina, kangkung air (Ipomoea aquatica)
bermodifikasi menjadi stolon, Sirih (Piper betle L.) bermodifikasi
menjadi stolon, eceng gondok (Eichhornia crassipes) bermodifikasi
menjadi stolon, teratai (Nymphaea sp) yang bermodifikasi menjadi
stolon, markisa (Passiflora quadrangularis) bermodifikasi menjadi sulur,
dan bawang putih (Allium sativum) bermodifikasi menjadi cakram.
DAFTAR PUSTAKA
Yudianto, Surosos Adi. 2005. Kelangsungan
Hidup Mahluk Hidup Melalui Adaptasi.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195305221980021-2005.SUROSO_ADI_YUDIANTO/Mortum/modifikasi_batangx.pdf.
Diakses pada Jumat, 04 Desember 2015 pukul 20:24 WIB.
Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan
Berbiji. Bandung : ITB
Kusdianti. 2010. Mortum. Web: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032-R._KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf Diakses pada Kamis, 03 Desember 2015 pukul
19:00 WIB.
Rahmiana, EA., Tyasmoro, SY., Suminarti, NE.
2015. Pengaruh Pengurangan Panjang Sulur Dan Frekuensi Pembalikan Batang Pada
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Varietas
Madu Oranye. Malang : Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Produksi Tanaman,
Volume 3, Nomor 2, Maret 2015, hlm. 126 – 134.
Rosanti, Dwi. 2013. Morfologi Tumbuhan.
Jakarta : Erlangga.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta : GMU Press.
Tjitrosopomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani
Umum 1. Bandung : Angkasa.
